Kamis, 25 Juni 2009

Gambar Menthol

Pertama – tama saya harus bersyukur. Nggak sreg rasanya kalau meninggalkan syukur. Sudah diberi rejeki Allah, kok malah menggerutu misalnya. Ora ilok. Sudah sewajarnya, pur atawa tinding alias seri, kata orang jawa – kala kebaikan dibalas dengan kebaikan. Kanjeng Nabi SAW bersabda, sudah nyukupi mrantasi, jika kita mengucakan syukur atas nikmat yang diberikan pada kita. Apalagi sudah lama diajarkan bagaimana menjadi hamba yang banyak syukur. Maka akan jadi kurang ajar, ketika kita merespon sebuah nikmat dengan sikap ngedumel. Itu sudah termasuk dholim, kata Kang Mubaligh. Bahkan bisa dikatakan kufur seperti yang disebutkan dalam Kitabullah, Surat Ibrahim ayat 7; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.".

Nah, sudah sering saya menerima gift dari perusahaan. Mulai dari atas sampai ke bawah. Topi, kemeja, kaos, celana, dasi, ikat pinggang, dompet, sepatu dan perlengkapannya. Semua komplit kecuali satu, daleman alias CD saja yang belum. Ada tas, handuk, mobil – mobilan, dan lainnya. Setahun bisa menerima satu sampai dua kali. Maka, tak putus – putus kesyukuran saya atas keadaan itu. Gratis – tis. Akan tetapi permasalahannya timbul kemudian. Barusan seneng, tapi kemudian langsung murung. Karena diantara gift yang diberikan itu ternyata ada gambar mentholnya. Saya tidak menyebutkan merek, nanti bisa kena cekal, insya allah semua sudah mafhum adanya. Beberapa merek ternama, brandnya tak lain adalah gambar menthol. Mau dipakai ada gambar mentholnya, mau gak dipakai sayang harganya lumayan mahal. Bisa dibayangkan, jika sebuah kaos itu senilai Rp 250.000,- lebih.

Memahami dalil yang diriwayatkan oleh Aisyah di bawah ini, maka saya mencoba merusak brand tersebut. Memotong bagian gambar menthol, sehingga bisa menyebabkan kematian seandainya dalam keadaan nyata atau hidup. Maka ada yang menghilangkan bagian kepalanya, ini yang umum. Ada juga yang menghilangkan bagian tubuh yang lain. Tapi, bukan hasil bagus yang saya peroleh darinya. Justru menyebabkan koyak di sana – sini, sehingga kaos itu malahan menjadi rusak. Maka dengan berkelakar, seorang teman mubaligh berujar,”Kalau saya tidak saya rusak. Biarin aja. Nanti kalau ada yang tanya jawab saja, sudah saya tusuk dengan jarum sampai mati.” Adaa, aja...!

Dari Aisyah dia berkata, Rasulullah SAW datang dari suatu perjalanan, sedangkan aku telah menutup rak lemariku dengan gorden (kain penutup) yang bergambar (makhluk), lalu ketika beliau melihatnya, serta merta wajah beliau berubah seraya berkata, ‘Wahai Aisyah, manusia paling kerasa adzabnya di sisi Allah pada hari kiamat adalah orang – orang yang menyamai ciptaan Allah’.” Aisyah lalu berkata, “Lalu kami memotongnya dan menjadikannya satu bantal atau dua bantal.” (Rowahu Bukhory – Muslim)

Nah, daripada ragu, repot dan kena rasa was – was lain yang mungkin hinggap, maka beberapa gift yang membanggakan itu, dengan berat hati, terpaksa berpindah tangan. Seperti cerita Nabi SAW yang membeli baju sutra, kemudian memberikannya kepada Umar bin Khoththob. Membeli boleh, menerima juga boleh. Yang nggak boleh hanya memakainya, untuk sutera bagi kaum lelaki. Demikianlah saya bersikap dengan kaos atau baju yang bergambar menthol ini. Pemberian saya terima. Hadiah saya syukuri dengan senang hati, rasa bangga dan gembira, namun kemudian saya sedekahkan. Buat apa berbangga dengan merek mahal, tetapi bermasalah dengan Sang Pencipta. Setidaknya dengan perbuatan itu saya punya cerita. History, kalau pernah menerima dan memiliki sandang yang bermerek terkenal. Walau hanya sebentar. Mudah – mudahan sikap ini bisa ngepasi firman Allah dalam surat Hujurat ayat 15; Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.

Oleh ;Fahmi di Jambi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar